Tidak ada yang bisa memprediksi bahwa di "Pantai Emas" yang legendaris di Afrika Barat, akan muncul sebuah perusahaan pertambangan yang melanggar norma.

Hamak Strategy, yang berkantor pusat di suatu negara di Afrika Barat, baru-baru ini melakukan tindakan besar — mengeluarkan dana sebesar 46,55 juta dolar untuk berinvestasi penuh pada aset on-chain. Anda tidak salah lihat, mereka meninggalkan emas dan beralih ke mata uang digital yang terdesentralisasi.

Ini bukanlah mengikuti arus secara membabi buta. Saya rasa, ini lebih mirip dengan taruhan besar yang dilakukan oleh ekonomi-ekonomi di Afrika Barat untuk mencari jalan keluar di tengah tekanan, dengan permainan di balik layar yang jauh lebih rumit daripada yang terlihat.

**Belenggu Mata Uang: Situasi yang Lebih Sulit dari Menambang Emas**

Afrika Barat menguasai lebih dari 60% produksi emas Afrika di dunia. Pada tahun 2024, total volume emas yang digali dari tanah ini akan melebihi 700 ton, dengan laju produksi negara-negara seperti Ghana dan Pantai Gading bahkan melesat hingga lebih dari 200%.

Namun, yang ironis, meskipun memiliki Gunung Emas di Afrika Barat, kekayaan itu tetap tidak mengalir ke kantong mereka.

Masalahnya terletak pada mata uang. Franc CFA yang digunakan oleh Uni Ekonomi dan Moneter Afrika Barat, sejak tahun 1945 telah terikat pada nilai tukar yang ketat oleh Prancis—dengan euro tetap pada 655,957:1. Devaluasi paksa pada tahun 1994 langsung membuat tabungan masyarakat di negara-negara Afrika Barat menguap. Yang lebih menyedihkan, wewenang pengambilan keputusan kunci di bank sentral regional, masih dipegang oleh pejabat Prancis yang memiliki hak veto.

Singkatnya, mata uangmu bukanlah mata uangmu.

Bagaimana dengan emas? Tidak lebih baik. Mata uang lokal tidak dapat diandalkan, perusahaan tambang hanya bisa mengirim emas jauh-jauh ke Swiss untuk menukar dengan valuta asing, lalu memutar kembali uangnya. Selain itu, pemerintah Mali mulai memungut emas cadangan dari perusahaan tambang asing, sementara Burkina Faso mengharuskan proyek asing memiliki setidaknya 15% saham lokal.