Pertarungan akhir dimulai hari ini! Trump memperingatkan Mahkamah Agung: Jika saya kalah, Amerika akan "menuju kehancuran".

Trump menggambarkan kasus tarif yang akan segera ditangani oleh Mahkamah Agung AS sebagai pertempuran kunci yang berkaitan dengan keberlangsungan negara, kasus ini tidak hanya menyangkut keabsahan tarif sebesar hampir 90 miliar dolar AS, tetapi juga akan mendefinisikan ulang batas kekuasaan presiden AS.
1. Inti Kasus: Permainan antara kekuasaan Presiden dan ketentuan konstitusi
Inti dari perjuangan hukum ini adalah apakah pemerintah Trump dapat berdasarkan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) tahun 1977, dengan alasan "defisit perdagangan merupakan keadaan darurat nasional", menghindari Kongres untuk secara luas mengenakan tarif pada barang yang masuk ke AS. Argumen inti dari pihak penggugat (termasuk usaha kecil yang terkena dampak dan beberapa pemerintah negara bagian) adalah bahwa Konstitusi AS secara tegas menetapkan bahwa kekuasaan untuk mengenakan pajak adalah milik Kongres, dan bahwa kata "tarif" tidak muncul dalam teks lengkap Undang-Undang IEEPA, sehingga penetapan tarif secara sepihak oleh presiden merupakan tindakan melampaui kewenangan. Sebelumnya, Pengadilan Banding Sirkuit Federal AS telah mempertahankan keputusan pengadilan tingkat bawah pada Agustus 2025 dengan hasil suara 7-4, berpendapat bahwa pemerintah Trump telah melampaui kewenangan.
2. Sikap Trump: Tarif adalah dasar keamanan ekonomi dan negosiasi
Trump percaya bahwa tarif adalah alat utama untuk mewujudkan visinya "Membuat Amerika Kembali Makmur". Ia berpendapat bahwa tarif memberikan perlindungan ekonomi dan keamanan yang besar bagi Amerika, dan merupakan kunci untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi internasional. Ia mengklaim bahwa jika kalah dalam kasus ini, Amerika akan "tanpa pertahanan" dalam persaingan dengan ekonomi utama, dan bahkan mungkin "jatuh ke posisi yang hampir seperti negara dunia ketiga". Meskipun menghadapi tantangan hukum, timnya telah menyatakan bahwa bahkan jika kalah, mereka mungkin akan mencoba merujuk pada ketentuan hukum lainnya (seperti alasan "keamanan nasional") untuk mempertahankan tarif.
3. Dampak Ekonomi: Tekanan Bisnis dan Risiko Makro Berjalan Bersamaan
Kebijakan tarif telah memberikan beban nyata bagi perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, terutama bagi usaha kecil dan menengah. Misalnya, CEO sebuah perusahaan mainan mengungkapkan bahwa tarif menyebabkan kerugian perusahaan tersebut mencapai 14 juta dolar AS pada tahun 2025. Penelitian dari Peterson Institute for International Economics menunjukkan bahwa kebijakan tarif Trump dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS, lonjakan inflasi, serta dampak pada sektor manufaktur dan pertanian. Jika ketidakpastian kebijakan menyebabkan peningkatan risiko premium aset AS, hal ini dapat memicu arus keluar modal dan depresiasi dolar, sehingga memperburuk tekanan penurunan ekonomi.
4. Permainan Politik: Keseimbangan Kekuasaan dan Mobilisasi Pendapat Publik
Kasus ini juga dianggap sebagai "pertarungan konstitusi" antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Trump pernah merencanakan untuk hadir di sidang Mahkamah Agung, tindakan ini dikritik sebagai "intimidasi" terhadap independensi yudisial, dan kemudian membatalkan rencananya setelah peringatan dari sekutunya bahwa hal itu bisa "berbalik melawan". Analisis menunjukkan bahwa kebijakan tarif memiliki makna simbolis politik yang kuat, membantu memperkuat citra "keras terhadap luar" untuk memobilisasi pemilih inti.
5. Prospek Pasar: Hasil putusan sulit diprediksi, dampaknya mendalam
Para ahli pasar umumnya percaya bahwa hasil kasus ini sangat sulit diprediksi, seperti melempar koin. Putusan Mahkamah Agung kemungkinan akan dibuat paling lambat sebelum Juni 2026, tetapi hasilnya mungkin tidak sekadar "ya" atau "tidak", melainkan mencakup definisi hukum yang lebih kompleks. Terlepas dari hasilnya, putusan tersebut akan memiliki dampak mendalam pada batas kekuasaan presiden Amerika Serikat, arah kebijakan perdagangan AS di masa depan, serta ekonomi global.