Pada tahun 1724, seorang pedagang beras Jepang bernama Munehisa Homma menemukan sesuatu yang perlu waktu 200 tahun bagi Wall Street untuk mengejarnya: pasar tidak mengikuti matematika—mereka mengikuti emosi.
Sementara pedagang lain terobsesi dengan angka pasokan, Homma melakukan sesuatu yang radikal. Dia berhenti hanya melihat data dan mulai membaca psikologi. Ketakutan, keserakahan, kepanikan—ini bukanlah kesalahan dalam sistem, melainkan seluruh sistem.
Jadi dia menciptakan bahasa visual untuk itu: lilin Jepang.
Inilah bagian jeniusnya:
Buka-Tutup = Tubuh (apa yang disepakati trader)
Tinggi-Rendah = Lilin ( tempat emosi mencapai puncaknya dan jatuh)
Sekali lihat dan Anda bisa melihat seluruh pertempuran psikologis dalam perdagangan hari itu.
Homma melanjutkan untuk mengeksekusi 100+ perdagangan menang berturut-turut di bursa beras Osaka. Bukan karena dia memiliki data yang lebih baik. Karena dia bisa membaca pikiran kerumunan dari grafik.
Maju cepat ke tahun 2025:
Setiap trader kripto yang sedang menatap ponsel mereka sekarang—menganalisis BTC, ETH, altcoin—sedang menggunakan kerangka kerja Homma yang berusia 300 tahun. Grafik candlestick masih menjadi bahasa universal pasar.
Pelajaran sebenarnya bukan tentang nasi atau kejayaan sejarah. Ini adalah bahwa:
Aksi harga = Psikologi kolektif. Grafik memberi tahu Anda apa yang sebenarnya dirasakan oleh para trader, bukan apa yang dipikirkan oleh para analis seharusnya mereka rasakan.
Kesederhanaan berskala. Dari beras Osaka hingga futures Bitcoin, alat visual yang sama berfungsi karena manusia belum berubah.
Boring beats flashy. Homma tidak menciptakan AI atau algoritma kompleks. Dia hanya menghapus kebisingan dan membiarkan pasar berbicara.
Jika Anda sedang memperdagangkan alt musim ini, ingatlah: keuntungan terbaik bukanlah indikator baru. Ini adalah pemahaman bahwa grafik adalah cermin perilaku kerumunan. Pelajari cara membacanya seperti yang dilakukan Homma.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Rahasia Perdagangan Berusia 300 Tahun yang Masih Mendominasi Pasar Kripto
Pada tahun 1724, seorang pedagang beras Jepang bernama Munehisa Homma menemukan sesuatu yang perlu waktu 200 tahun bagi Wall Street untuk mengejarnya: pasar tidak mengikuti matematika—mereka mengikuti emosi.
Sementara pedagang lain terobsesi dengan angka pasokan, Homma melakukan sesuatu yang radikal. Dia berhenti hanya melihat data dan mulai membaca psikologi. Ketakutan, keserakahan, kepanikan—ini bukanlah kesalahan dalam sistem, melainkan seluruh sistem.
Jadi dia menciptakan bahasa visual untuk itu: lilin Jepang.
Inilah bagian jeniusnya:
Sekali lihat dan Anda bisa melihat seluruh pertempuran psikologis dalam perdagangan hari itu.
Homma melanjutkan untuk mengeksekusi 100+ perdagangan menang berturut-turut di bursa beras Osaka. Bukan karena dia memiliki data yang lebih baik. Karena dia bisa membaca pikiran kerumunan dari grafik.
Maju cepat ke tahun 2025:
Setiap trader kripto yang sedang menatap ponsel mereka sekarang—menganalisis BTC, ETH, altcoin—sedang menggunakan kerangka kerja Homma yang berusia 300 tahun. Grafik candlestick masih menjadi bahasa universal pasar.
Pelajaran sebenarnya bukan tentang nasi atau kejayaan sejarah. Ini adalah bahwa:
Aksi harga = Psikologi kolektif. Grafik memberi tahu Anda apa yang sebenarnya dirasakan oleh para trader, bukan apa yang dipikirkan oleh para analis seharusnya mereka rasakan.
Kesederhanaan berskala. Dari beras Osaka hingga futures Bitcoin, alat visual yang sama berfungsi karena manusia belum berubah.
Boring beats flashy. Homma tidak menciptakan AI atau algoritma kompleks. Dia hanya menghapus kebisingan dan membiarkan pasar berbicara.
Jika Anda sedang memperdagangkan alt musim ini, ingatlah: keuntungan terbaik bukanlah indikator baru. Ini adalah pemahaman bahwa grafik adalah cermin perilaku kerumunan. Pelajari cara membacanya seperti yang dilakukan Homma.