Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa crypto terus disebut sebagai “gelembung spekulatif”? Nah, pola ini tidaklah baru. Sepanjang sejarah, pasar telah mengikuti siklus yang sama: uang mudah → FOMO → kegembiraan irasional → crash yang katastrofis. Berikut adalah lima gelembung besar yang membuktikan bahwa siklus ini hampir mekanis.
Buku Panduan: Bagaimana Gelembung Sebenarnya Bekerja
Sebelum kita mulai, mari kita kuasai dasarnya. Sebuah gelembung terbentuk ketika:
Kredit menjadi longgar (peminjaman murah)
FOMO mulai terasa (semua orang ingin ikut )
Harga terputus dari realitas (nilai sebenarnya dari aset)
Permintaan meningkat (lebih banyak pembeli = harga lebih tinggi = lebih banyak pembeli)
Itu meledak spektakuler (penjualan panik, total kolaps)
Terdengar akrab?
1. Tulip Mania (1634-1637): Kegilaan Spekulatif OG
Zaman Emas Belanda melihat sesuatu yang liar: orang-orang memperdagangkan harta untuk umbi bunga. Tulip eksotis, langka, dan indah—dan tiba-tiba semua orang harus memilikinya. Pedagang, aristokrat, spekulan semuanya terlibat. Harga mencapai tingkat yang absurd sebelum jatuh ke nol. Investor meninggalkan umbi yang tidak bernilai.
2. Gelembung Laut Selatan (1720): Ketika Monopoli Menjadi Buruk
Perusahaan South Sea di Inggris menjanjikan kekayaan dari perdagangan Amerika Selatan. Sahamnya melambung saat spekulator berdatangan, menciptakan kegilaan. Ketika kenyataan muncul—perusahaan itu pada dasarnya hanyalah cangkang—sahamnya jatuh. Kekayaan lenyap dalam semalam. Kepercayaan publik terhadap pasar? Hancur selama beberapa dekade.
Inti pesan: Monopoli + janji yang samar + FOMO ritel = resep untuk bencana.
3. Railway Mania (1845-1847): Hype Infrastruktur yang Gila
Jalur kereta api adalah “hal besar berikutnya” di Inggris pada tahun 1840-an. Harga saham melonjak karena spekulasi. Ketika gelembung itu pecah pada tahun 1847, para investor (orang kaya, bank, semua orang) hancur. Kejatuhan itu menyebarkan kesengsaraan di seluruh ekonomi, dan investasi spekulatif menjadi tidak disukai selama bertahun-tahun.
Polanya: Teknologi baru + hype tanpa batas + kredit mudah = ledakan-keruntuhan.
4. Kejatuhan Besar (1929): Ibu dari Semua Keruntuhan
Tahun 1920-an menyaksikan gelembung saham selama satu dekade yang dipicu oleh leverage yang mudah dan optimisme yang tidak terkendali. 29 Oktober 1929—“Selasa Hitam”—pasar runtuh. Dow jatuh hampir 25% hari itu. Selama beberapa tahun berikutnya, ia kehilangan 89% dari puncak ke dasar (Sept 1929 → Juli 1932).
Depresi Besar diikuti oleh: pengangguran massal, kegagalan bank, keruntuhan pertanian, kemiskinan yang meluas. Gelembung tunggal ini membentuk ulang ekonomi global dan menyebabkan regulasi keuangan yang masih kita miliki hingga hari ini.
Skala: Ini bukan hanya sebuah kejatuhan—ini adalah setara finansial dari bom termonuklir.
5. Gelembung Dot-Com (1995-2000): Versi Internet
Akhir 1990-an: internet adalah masa depan, dan investor mengucurkan uang ke perusahaan mana pun yang memiliki domain .com (eBay, Amazon, Yahoo, TheGlobe.com). Harga saham terpisah sepenuhnya dari pendapatan. Ketika kenyataan mengejar pada tahun 2000, gelembung itu pecah. Kerugian besar, resesi ekonomi di awal 2000-an.
Paralel: Teknologi canggih + FOMO ritel + uang mudah = bencana yang dapat diprediksi secara historis.
Pola yang Tidak Ingin Dilihat Siapa Pun
Setiap gelembung memiliki DNA yang sama:
Kredit longgar (bank/bank sentral memungkinkan pinjaman mudah)
Narasi baru (bunga eksotis, perdagangan kolonial, kereta api, internet, crypto)
Retail mania (semua orang membicarakannya, semua orang ingin terlibat)
Pemutusan harga (aset bernilai jauh lebih tinggi daripada yang dibenarkan oleh fundamental)
Realitas pop (menyentuh, penjualan panik, kolaps berantai)
Kejatuhan juga mengikuti skenario: kehilangan pekerjaan, kegagalan bank, resesi, hilangnya kepercayaan publik, reaksi regulasi.
Mengapa Ini Penting Hari Ini
Memahami gelembung ini bukanlah tentang memprediksi keruntuhan berikutnya—ini tentang mengenali kapan Anda berada di dalam satu. Tantangannya? Hampir tidak mungkin untuk mengetahui secara real-time. Semua orang di tahun 1929 berpikir saham akan terus naik. Semua orang di tahun 1999 berpikir teknologi berbeda.
Pelajaran bagi para investor: bersikap skeptis terhadap narasi yang terasa “kali ini berbeda.” Sejarah menunjukkan bahwa itu jarang terjadi.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Sejarah Terulang: 5 Gelembung Paling Menghancurkan yang Membentuk Keuangan Modern
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa crypto terus disebut sebagai “gelembung spekulatif”? Nah, pola ini tidaklah baru. Sepanjang sejarah, pasar telah mengikuti siklus yang sama: uang mudah → FOMO → kegembiraan irasional → crash yang katastrofis. Berikut adalah lima gelembung besar yang membuktikan bahwa siklus ini hampir mekanis.
Buku Panduan: Bagaimana Gelembung Sebenarnya Bekerja
Sebelum kita mulai, mari kita kuasai dasarnya. Sebuah gelembung terbentuk ketika:
Terdengar akrab?
1. Tulip Mania (1634-1637): Kegilaan Spekulatif OG
Zaman Emas Belanda melihat sesuatu yang liar: orang-orang memperdagangkan harta untuk umbi bunga. Tulip eksotis, langka, dan indah—dan tiba-tiba semua orang harus memilikinya. Pedagang, aristokrat, spekulan semuanya terlibat. Harga mencapai tingkat yang absurd sebelum jatuh ke nol. Investor meninggalkan umbi yang tidak bernilai.
Pelajaran: Kelangkaan + kelangkaan + hype = gelembung. Kedengarannya seperti NFT?
2. Gelembung Laut Selatan (1720): Ketika Monopoli Menjadi Buruk
Perusahaan South Sea di Inggris menjanjikan kekayaan dari perdagangan Amerika Selatan. Sahamnya melambung saat spekulator berdatangan, menciptakan kegilaan. Ketika kenyataan muncul—perusahaan itu pada dasarnya hanyalah cangkang—sahamnya jatuh. Kekayaan lenyap dalam semalam. Kepercayaan publik terhadap pasar? Hancur selama beberapa dekade.
Inti pesan: Monopoli + janji yang samar + FOMO ritel = resep untuk bencana.
3. Railway Mania (1845-1847): Hype Infrastruktur yang Gila
Jalur kereta api adalah “hal besar berikutnya” di Inggris pada tahun 1840-an. Harga saham melonjak karena spekulasi. Ketika gelembung itu pecah pada tahun 1847, para investor (orang kaya, bank, semua orang) hancur. Kejatuhan itu menyebarkan kesengsaraan di seluruh ekonomi, dan investasi spekulatif menjadi tidak disukai selama bertahun-tahun.
Polanya: Teknologi baru + hype tanpa batas + kredit mudah = ledakan-keruntuhan.
4. Kejatuhan Besar (1929): Ibu dari Semua Keruntuhan
Tahun 1920-an menyaksikan gelembung saham selama satu dekade yang dipicu oleh leverage yang mudah dan optimisme yang tidak terkendali. 29 Oktober 1929—“Selasa Hitam”—pasar runtuh. Dow jatuh hampir 25% hari itu. Selama beberapa tahun berikutnya, ia kehilangan 89% dari puncak ke dasar (Sept 1929 → Juli 1932).
Depresi Besar diikuti oleh: pengangguran massal, kegagalan bank, keruntuhan pertanian, kemiskinan yang meluas. Gelembung tunggal ini membentuk ulang ekonomi global dan menyebabkan regulasi keuangan yang masih kita miliki hingga hari ini.
Skala: Ini bukan hanya sebuah kejatuhan—ini adalah setara finansial dari bom termonuklir.
5. Gelembung Dot-Com (1995-2000): Versi Internet
Akhir 1990-an: internet adalah masa depan, dan investor mengucurkan uang ke perusahaan mana pun yang memiliki domain .com (eBay, Amazon, Yahoo, TheGlobe.com). Harga saham terpisah sepenuhnya dari pendapatan. Ketika kenyataan mengejar pada tahun 2000, gelembung itu pecah. Kerugian besar, resesi ekonomi di awal 2000-an.
Paralel: Teknologi canggih + FOMO ritel + uang mudah = bencana yang dapat diprediksi secara historis.
Pola yang Tidak Ingin Dilihat Siapa Pun
Setiap gelembung memiliki DNA yang sama:
Kejatuhan juga mengikuti skenario: kehilangan pekerjaan, kegagalan bank, resesi, hilangnya kepercayaan publik, reaksi regulasi.
Mengapa Ini Penting Hari Ini
Memahami gelembung ini bukanlah tentang memprediksi keruntuhan berikutnya—ini tentang mengenali kapan Anda berada di dalam satu. Tantangannya? Hampir tidak mungkin untuk mengetahui secara real-time. Semua orang di tahun 1929 berpikir saham akan terus naik. Semua orang di tahun 1999 berpikir teknologi berbeda.
Pelajaran bagi para investor: bersikap skeptis terhadap narasi yang terasa “kali ini berbeda.” Sejarah menunjukkan bahwa itu jarang terjadi.