Cokelat baru saja mengalami penurunan tajam—kontrak berjangka Desember turun 2,99% di ICE NY, dengan London mengikuti di -2,75%. Tapi inilah kejutan plotnya: pasar selama ini berjalan karena kepanikan kelangkaan, dan sekarang kenyataan mulai terungkap.
Perubahan Cerita Pasokan Semalam
Petani Afrika Barat menunjukkan tanda hijau. Panen di Pantai Gading dimulai dengan kuat, cuaca di Ghana mendukung, dan raksasa cokelat Mondelez melaporkan jumlah polong kakao yang berjalan 7% di atas rata-rata 5 tahun. Ini bukan sekadar omong kosong—menandakan pemulihan panen yang berarti setelah bertahun-tahun kekeringan.
Tapi tunggu, ada catatan. Ekspor kakao dari Pantai Gading turun 16% hingga November dibandingkan tahun lalu (304.840 MT vs 365.072 MT), dan Nigeria—produsen terbesar kelima di dunia—menghadapi penurunan produksi 11% untuk 2025/26. Jadi pasokan tidak pulih secara merata; ini tidak seimbang.
Perubahan Makro Ekonomi
Ingat saat kakao mencapai level tertinggi 5 minggu pada hari Selasa? Itu adalah kekacauan short-covering setelah Bloomberg mengumumkan kakao kembali ke indeks BCOM untuk pertama kalinya dalam 20 tahun mulai Januari. Perhitungannya gila: hampir $109B dalam aset yang dilacak BCOM berarti dana pasif bisa mengalirkan sekitar ~$1,9 miliar ke kontrak berjangka kakao dalam 80 hari ke depan.
Lalu data permintaan datang seperti bom.
Permintaan Baru Saja Runtuh
Volume penjualan cokelat di Amerika Utara: turun 21% dalam 13 minggu (dibandingkan tahun lalu)
CEO Hershey menyebut penjualan cokelat saat Halloween “mengecewakan”—dan Halloween adalah musim permen terbesar kedua setelah Natal
Grindings kakao di Asia: -17% y/y, kuartal ketiga terendah dalam 9 tahun
Grindings kakao di Eropa: -4,8% y/y, kuartal ketiga terendah dalam 10 tahun
Harga tinggi dan tarif sedang membunuh permintaan cokelat. Sederhana saja.
Organisasi Kakao Internasional menggambarkan latar belakangnya: 2023/24 mencatat defisit sebesar 494.000 MT (terbesar dalam lebih dari 60 tahun), mendorong harga ke stratosfer. Tapi untuk 2024/25, ICCO memperkirakan surplus sebesar 142.000 MT—pertama dalam empat tahun—dengan produksi global naik 7,8% y/y menjadi 4,84 juta MT.
Terjemahan: petani kakao akhirnya mengatur langkah mereka, dan permintaan tidak mampu mengikuti. Persediaan kakao di pelabuhan AS baru saja mencapai level terendah 7,25 bulan di 1,8 juta kantong, tapi itu indikator lag. Cerita sebenarnya adalah harga menembus psikologi kelangkaan.
Kesimpulan
Kakao sedang dalam transisi struktural—dari “kita kehabisan” menjadi “kita cukup.” Penurunan 3% hari ini mungkin hanya hari pertama dari penyesuaian harga yang lebih dalam. Perhatikan data ekspor Pantai Gading dan panduan laba perusahaan cokelat berikutnya. Jika permintaan tetap lemah dan pasokan menormalisasi, kakao bisa menguji level lebih rendah sebelum aksi beli dana pasif mulai Januari.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pasar Kakao Berbalik: Kejutan Pasokan Memudar Saat Afrika Barat Pulih
Cokelat baru saja mengalami penurunan tajam—kontrak berjangka Desember turun 2,99% di ICE NY, dengan London mengikuti di -2,75%. Tapi inilah kejutan plotnya: pasar selama ini berjalan karena kepanikan kelangkaan, dan sekarang kenyataan mulai terungkap.
Perubahan Cerita Pasokan Semalam
Petani Afrika Barat menunjukkan tanda hijau. Panen di Pantai Gading dimulai dengan kuat, cuaca di Ghana mendukung, dan raksasa cokelat Mondelez melaporkan jumlah polong kakao yang berjalan 7% di atas rata-rata 5 tahun. Ini bukan sekadar omong kosong—menandakan pemulihan panen yang berarti setelah bertahun-tahun kekeringan.
Tapi tunggu, ada catatan. Ekspor kakao dari Pantai Gading turun 16% hingga November dibandingkan tahun lalu (304.840 MT vs 365.072 MT), dan Nigeria—produsen terbesar kelima di dunia—menghadapi penurunan produksi 11% untuk 2025/26. Jadi pasokan tidak pulih secara merata; ini tidak seimbang.
Perubahan Makro Ekonomi
Ingat saat kakao mencapai level tertinggi 5 minggu pada hari Selasa? Itu adalah kekacauan short-covering setelah Bloomberg mengumumkan kakao kembali ke indeks BCOM untuk pertama kalinya dalam 20 tahun mulai Januari. Perhitungannya gila: hampir $109B dalam aset yang dilacak BCOM berarti dana pasif bisa mengalirkan sekitar ~$1,9 miliar ke kontrak berjangka kakao dalam 80 hari ke depan.
Lalu data permintaan datang seperti bom.
Permintaan Baru Saja Runtuh
Harga tinggi dan tarif sedang membunuh permintaan cokelat. Sederhana saja.
Paradoks: Kelebihan Pasokan + Penurunan Permintaan
Organisasi Kakao Internasional menggambarkan latar belakangnya: 2023/24 mencatat defisit sebesar 494.000 MT (terbesar dalam lebih dari 60 tahun), mendorong harga ke stratosfer. Tapi untuk 2024/25, ICCO memperkirakan surplus sebesar 142.000 MT—pertama dalam empat tahun—dengan produksi global naik 7,8% y/y menjadi 4,84 juta MT.
Terjemahan: petani kakao akhirnya mengatur langkah mereka, dan permintaan tidak mampu mengikuti. Persediaan kakao di pelabuhan AS baru saja mencapai level terendah 7,25 bulan di 1,8 juta kantong, tapi itu indikator lag. Cerita sebenarnya adalah harga menembus psikologi kelangkaan.
Kesimpulan
Kakao sedang dalam transisi struktural—dari “kita kehabisan” menjadi “kita cukup.” Penurunan 3% hari ini mungkin hanya hari pertama dari penyesuaian harga yang lebih dalam. Perhatikan data ekspor Pantai Gading dan panduan laba perusahaan cokelat berikutnya. Jika permintaan tetap lemah dan pasokan menormalisasi, kakao bisa menguji level lebih rendah sebelum aksi beli dana pasif mulai Januari.