Beberapa waktu yang lalu, China menemukan sebuah ladang emas raksasa di lepas pantai Laizhou, Shandong, dengan cadangan yang terkonfirmasi lebih dari 470 ton. Begitu berita ini muncul, total cadangan emas di Kota Laizhou langsung naik menjadi lebih dari 3900 ton, hampir seperempat dari total cadangan emas China. Sebagai negara penghasil emas terbesar di dunia, penemuan ini akan memiliki dampak apa terhadap harga emas internasional? Mungkin lebih jauh dari yang kita bayangkan.

Ketika berbicara tentang emas, selama ribuan tahun, alasan mengapa ia dianggap sebagai tolok ukur nilai adalah karena kelangkaan dan tingkat kesulitan dalam penambangannya. Namun, penemuan tambang emas bawah laut di Laizhou kali ini mengubah aturan permainan ini—ketika pasokan tiba-tiba meningkat, sistem nilai yang dibangun berdasarkan "kelangkaan" mulai goyah.

Apa yang akan dilakukan modal pada saat ini? Pasti mereka sedang mencari alat lindung nilai baru, mencari cara penyimpanan nilai yang lebih stabil dan lebih dapat dipercaya. Di era di mana ekonomi global penuh dengan ketidakpastian, semakin banyak orang yang beralih ke stablecoin terdesentralisasi. Mengapa? Karena ia tidak bergantung pada kelangkaan fisik emas, dan tidak terikat pada negara atau institusi tunggal.

Logika dari stablecoin terdesentralisasi seperti USDD sebenarnya sangat jelas: kode yang menentukan, semua agunan transparan dan dapat diperiksa di blockchain, over-collateralization menjamin keamanan. Tidak ada kotak hitam administratif yang misterius, semuanya tertulis di blockchain. Inilah arti kepercayaan yang sebenarnya - berasal dari mekanisme itu sendiri, bukan ketergantungan pada lembaga kekuasaan mana pun.

Zaman emas belum berlalu, tetapi itu bukan lagi satu-satunya "penyimpanan nilai akhir". Ketika aset langka tradisional menghadapi tekanan pasokan, aset stabil baru yang berbasis pada mekanisme transparan dan dapat diverifikasi sedang muncul. Ini mungkin adalah arah baru untuk diversifikasi alokasi aset di masa depan.