Operasi ini cukup keras. Telegram menggunakan alat AI pada tahun 2024 untuk langsung menutup 15,4 juta grup dan saluran ilegal, termasuk lebih dari 700.000 akun yang terkait dengan konten penyalahgunaan seksual anak (CSAM).
Latar belakangnya apa? Pendiri Pavel Durov ditangkap di Prancis dan menghadapi tuduhan penyebaran konten ilegal, dengan hukuman maksimal 10 tahun penjara dan denda sebesar 550.000 dolar AS. Ini memaksa Telegram untuk menunjukkan keseriusannya dalam memerangi konten ilegal di platform.
Data yang mengesankan:
Sejak 2015, lebih dari 15,47 juta akun ilegal telah diblokir
Pada tahun 2024 saja, 129.000 konten terkait terorisme telah ditangani
Sejak 2016, lebih dari 100 juta konten terkait terorisme telah disaring
Bekerja sama dengan empat lembaga, termasuk IWF, langsung menangani ribuan kasus CSAM
Saat ini, Durov masih menjalani pemeriksaan di pengadilan Prancis, sementara Telegram meluncurkan halaman transparansi regulasi secara real-time agar pengguna dapat memantau prosesnya. Ini adalah sinyal kepada regulator dan opini publik, sekaligus mencerminkan tren di mana platform Web3 dan terdesentralisasi terpaksa berkompromi terhadap pengawasan konten tradisional di bawah tekanan negara besar.
Ada yang bertanya: ini demi keamanan atau karena terpaksa tunduk? Tergantung sudut pandang.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pembersihan besar-besaran di Telegram: Lebih dari 15,4 juta grup ilegal diblokir dalam satu tahun
Operasi ini cukup keras. Telegram menggunakan alat AI pada tahun 2024 untuk langsung menutup 15,4 juta grup dan saluran ilegal, termasuk lebih dari 700.000 akun yang terkait dengan konten penyalahgunaan seksual anak (CSAM).
Latar belakangnya apa? Pendiri Pavel Durov ditangkap di Prancis dan menghadapi tuduhan penyebaran konten ilegal, dengan hukuman maksimal 10 tahun penjara dan denda sebesar 550.000 dolar AS. Ini memaksa Telegram untuk menunjukkan keseriusannya dalam memerangi konten ilegal di platform.
Data yang mengesankan:
Saat ini, Durov masih menjalani pemeriksaan di pengadilan Prancis, sementara Telegram meluncurkan halaman transparansi regulasi secara real-time agar pengguna dapat memantau prosesnya. Ini adalah sinyal kepada regulator dan opini publik, sekaligus mencerminkan tren di mana platform Web3 dan terdesentralisasi terpaksa berkompromi terhadap pengawasan konten tradisional di bawah tekanan negara besar.
Ada yang bertanya: ini demi keamanan atau karena terpaksa tunduk? Tergantung sudut pandang.